Burung Nuri Bayan
Burung Nuri bayan terkenal dengan kepintaran dan kecerdasannya, yang mana burung ini bisa meniru Bahasa dan suara manusia. Namun begitu ada yang unik dalam perilaku sang betina yang bisa memiliki pejantan lebih dari satu ekor.
dalam journal Of Avian Medicine and Surgency (2008) yang berjudul “Ecology and Evolution of The Enigmatic Eclectus Parrot [Eclectus roratus]” karya peneliti Australian National University, Robert Heinsohn diketahui penyebab tersebut. ini diarenakan kurangnya lubang sarang dalam proses perrkawinan, hal inilah yang memaksa jantan untuk berbagi betinannya.
Pada nyatanya betina Nuri bayan lebih agrsif di bandingkan jantannya yang mana bersifat territorial, terutama dalam mempertahankan lubang sarang dari ancaman hewan lainnya. Yang lebih unik lagi para jantan yang mengawini betina bekerja sama untuk memberi makan termasuk kepada anak-anak mereka.
Betina nuri bayan nyatanya lebih agresif dan bersifat teritorial dibanding jantan, terutama saat mempertahankan lubang sarang dari ancaman hewan lain. Uniknya, semua pejantan yang mengawini betina saling bekerja sama, memberi makan, termasuk kepada anak mereka.
“Jarang adanya lubang sarang yang baik, membuat mereka berbagi betina,” tulis Robert Heinsohn.
Kesimpulan ini berdasarkan pengamatan perilaku nuri bayan di Cape York, Queensland, selama 10 tahun terakhir.
Dalam pengamatannya, Robert menemukan fakta unik lain, yaitu induk betina dalam kondisi sulit bisa membunuh anaknya yang jantan. Namun, hal ini terjadi apabila lubang sarang dianggap terlalu sesak oleh induk betina.
Asal Usul dan Karakteristik Nuri Bayan
Berdasarkan penelitian Wahyu Prihatini dari Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan, berjudul “Perilaku Pengasuhan Anak Burung Bayan [Eclectus roratus] oleh Induknya di Penangkaran” diketahui nuri bayan melakukan perkawinan sekitar pukul 09.00-11.00 WIB. Durasinya, 2-3 menit dan dapat bertelur 2-3 kali setahun.
“Setiap peneluran menghasilkan 2 butir, jarak peneluran 2-3 hari. Lama pengeraman 27 hari,” tulis Wahyu Prihatini. Nuri bayan merupakan burung berukuran sedang. Panjang tubuhnya sekitar 35-40 cm, berat badan 405-600 gram.
Perbedaan Jantan dan Betina
Jantan dan betina memiliki pola warna bulu sangat berbeda. Bulu sang jantan sebagian besar berwarna hijau cemerlang, dengan kilauan merah di bawah sayap, sisi kiri, dan sisi kanan tubuh yang tertutup oleh bulu sayap. Ekornya panjang berwarna biru.
Sedangkan bulu burung betina sebagian besar berwarna merah gelap, dengan warna biru di leher dan dada, serta ekor panjang berwarna merah.
“Perbedaan jantan dan betina sudah terlihat sejak anak burung berumur lima minggu, saat bulu jarum mekar.”
Jenis ini memiliki paruh pendek dan kuat, ujung bagian atas runcing. Paruh jantan berwarna jingga, sementara betina hitam. “Mereka hidup dalam kelompok kecil atau berpasangan di hutan lebat dan di pucuk-pucuk pohon tinggi. Mereka sering melakukan perjalanan dalam kelompok-kelompok kecil, terdiri dari 3-4 ekor,” lanjut Wahyu Prihatini.
Persebarannya
Persebaran burung cerdas ini mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Di dataran rendah Indonesia, jenis ini dapat dijumpai di Halmahera [450 mdpl], Buru [700 mdpl], Seram [800 mdpl], Sumba [950 mdpl], juga Maluku.
Di alam bebas, jantan lebih sering terlihat, sedangkan betina cenderung pemalu. Sarang biasanya terletak di lubang pohon yang tinggi, sekitar 14-22 meter dari tanah.
Di beberapa daerah, nuri bayan ini disebut betet elok, kakatua hijau, bayan, kaka moro, kaka wandala, dan karea.
Kembali ke habitat
Sudah tentu, kehidupan nuri bayan dan jenis paruh bengkok lainnya adalah di alam liar. Guna menjaga kelestarian burung cerdas itu di habitatnya, Kamis [17 Juni 2021] lalu, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Maluku dan Konservasi Kakatua Indonesia [KKI] melepasliarkan 35 ekor burung paruh bengkok. Rinciannya, 28 ekor kakatua koki [Cacatua galerita eleonora], 6 ekor nuri bayan [Eclectus roratus aruiensis], dan satu ekor kakatua raja [Probosciger aterrimus).
Burung-burung tersebut merupakan hasil operasi penegakan hukum BKSDA Maluku yang telah direhabilitasi di Pusat Rehabilitasi Satwa [PRS] Kembali Bebas, Masihulan dan translokasi dari BKSDA Jawa Timur dan BKSDA seksi wilayah 1 Ternate, Maluku Utara.
“Pelepasliaran kami lakukan di Pulau Wokam, karena habitat alaminya nuri bayan dan kakatua koki. Kedua anak jenis burung tersebut merupakan burung endemik Kep. Aru, Papua dan pulau-pulau satelitnya,” tulis Danny Pattipeilohy, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Maluku dalam rilisnya kepada Mongabay Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, nuri bayan merupakan jenis satwa dilindungi dari kepunahan, tercantum pada nomor 537.
Perawatan dan Pelatihan
Memelihara Nuri Bayan sebagai hewan peliharaan memerlukan perhatian khusus untuk memastikan kesejahteraan dan kesehatan burung eksotis ini. Salah satu aspek terpenting adalah menyediakan kandang yang sesuai. Kandang harus cukup besar untuk memungkinkan Nuri Bayan terbang dan bergerak dengan leluasa. Sebaiknya kandang memiliki ukuran minimal 1,5 kali rentang sayap burung saat terbuka penuh. Selain itu, gunakan bahan yang aman dan tidak beracun untuk menghindari risiko kesehatan.
Pola makan yang sehat juga merupakan kunci utama dalam perawatan Nuri Bayan. Burung ini membutuhkan diet yang bervariasi dan seimbang, termasuk biji-bijian, buah-buahan, sayuran, dan pelet burung khusus. Hindari memberikan makanan yang mengandung gula, garam, dan lemak berlebih. Pemberian air minum yang bersih dan segar setiap hari juga sangat penting untuk menjaga hidrasi dan kesehatan burung.
Pelatihan Nuri Bayan agar dapat berinteraksi dengan pemiliknya membutuhkan kesabaran dan konsistensi. Mulailah dengan mengajarkan trik sederhana seperti “naik” dan “turun” menggunakan metode penguatan positif. Gunakan hadiah berupa makanan kesukaan burung untuk memperkuat perilaku yang diinginkan. Latihan rutin dan interaksi harian akan membantu Nuri Bayan merasa nyaman dan terikat dengan pemiliknya.
Mengatasi masalah perilaku seperti menggigit atau berteriak berlebihan dapat dilakukan dengan memahami penyebabnya. Stres, kebosanan, atau kurangnya stimulasi mental sering kali menjadi faktor pemicu. Berikan mainan, waktu bermain, dan latihan yang cukup untuk menstimulasi mental dan fisik burung. Konsultasikan dengan ahli perilaku burung jika masalah tetap berlanjut untuk mendapatkan solusi yang tepat.
Dengan perawatan dan pelatihan yang tepat, Nuri Bayan dapat menjadi hewan peliharaan yang sehat, bahagia, dan interaktif. Pengalaman dari para pemilik Nuri Bayan yang sudah berpengalaman menunjukkan bahwa kedekatan dan ikatan yang terjalin antara burung dan pemiliknya dapat menjadi sumber kebahagiaan dan kepuasan tersendiri.