Budaya Banten: Keindahan dan Kekayaan Tradisi
Banten adalah sebuah provinsi di Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi ini beribu kota di Kota Serang. Ini merupakan provinsi yang paling barat di Pulau Jawa. Banten ini sebelumnya pernah menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat, tetapi provinsi ini menjadi wilayah pemekaran sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Suku aslinya adalah suku Sunda Banten yang berada di wilayah Kabupaten Serang bagian selatan, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, serta sebagian besar Kabupaten Tangerang, dan komunitas masyarakat adat yakni suku Badui yang mendiami wilayah Gunung Kendeng dan Leuwidamar di Kabupaten Lebak.
Geografi
Wilayah Banten terletak di antara 5º7’50”-7º1’11” Lintang Selatan dan 105º1’11”-106º7’12” Bujur Timur, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2000 luas wilayah Banten adalah 9.160,70 km². Provinsi Banten terdiri dari 4 kota, 4 kabupaten, 155 kecamatan, 313 kelurahan, dan 1.238 desa.
Banten memiliki wilayah laut yang menjadi salah satu jalur laut strategis yaitu Selat Sunda. Dengan menggunakan kapal-kapal berukuran besar, Selat Sunda menjadi jalur penghubung antara Australia dan Selandia Baru dengan kawasan Asia Tenggara, khususnya Thailand, Malaysia, dan Singapura. Selain itu, wilayah laut Banten adalah jalur penghubung antara Jawa dan Sumatra.
Banten secara geografis dan pemerintahan berperan sebagai zona penyangga bagi Jakarta. Peran ini utamanya berfungsi di wilayah Tangerang Raya yang meliputi Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Secara ekonomi wilayah Banten memiliki banyak industri. Wilayah Provinsi Banten juga memiliki beberapa pelabuhan laut yang dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas dari pelabuhan laut di Jakarta dan ditujukan untuk menjadi pelabuhan alternatif selain Singapura.
Sejarah
Budaya Banten, merupakan nama sekumpulan karya sastra sejarah tradisional berbentuk babad, yang menceritakan sejarah Kesultanan Banten; yaitu sejak kedatangan Syarif Hidayatullah dan Maulana Hasanuddin ke Banten hingga mendekati masa-masa akhir menjelang keruntuhannya. Pada umumnya naskah-naskah Sajarah Banten menggunakan bahasa Jawa dengan aksara Jawa atau huruf Arab Pegon; namun ada pula yang menggunakan bahasa Melayu dengan aksara Latin, serta bahasa Sunda dan aksara Sunda Kuno. Sebagian besar naskah-naskah tersebut berbentuk tembang, dan sebagian kecil berbentuk gancaran (prosa).
P.A. Hoessein Djajaningrat berpendapat bahwa naskah-naskah Sajarah Banten tersebut ditulis antara kurun 1662/1663 hingga + 1725, tetapi versi bahasa Melayunya yang berbentuk prosa masih ditulis hingga akhir abad ke-18. Saat ini diketahui setidaknya terdapat 32 naskah Sajarah Banten dan sejenisnya yang tersebar di berbagai tempat penyimpanan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Di antara naskah-naskah tersebut ada beberapa yang telah diidentifikasi secara khusus, antara lain sbb.:[2][4]
Sajarah Banten Kecil, atau nama tersendirinya Wawacan Sajarah Haji Mangsur, sebagaimana disampaikan C. Snouck Hurgronje dan J.L.A. Brandes.
Sajarah Banten Rante-Rante; berisi kumpulan mitos dan legenda dari bagian-bagian tertentu dalam sejarah Banten.
Hikayat Hasanuddin; yaitu versi bahasa Melayu dari bagian tertentu Sajarah Banten Rante-Rante
Sajarah Banten naskah Cibeber, Cilegon; yang telah diteliti oleh Munadi Padmadiwiria yang isinya berkisah tentang Maulana Hasanuddin dan merupakan bagian tertentu dari Sajarah Banten Rante-Rante
Kesenian Tradisional Banten
Budaya Banten terkenal dengan beragam kesenian tradisional yang menakjubkan. Salah satu kesenian yang terkenal adalah Tari Serimpi. Tari ini biasanya ditampilkan dalam acara-acara adat dan memiliki gerakan yang elegan. Selain itu, ada juga Tari Topeng, Tari Ketuk Tilu, dan Tari Saman yang merupakan bagian dari warisan budaya Banten.
Pakaian Adat Banten
Pakaian adat Banten juga memiliki keunikan tersendiri. Salah satu pakaian adat yang terkenal adalah Seragam Pencak Silat. Seragam ini terdiri dari kain batik dengan motif khas Banten dan dilengkapi dengan aksesoris seperti ikat pinggang dan keris. Selain itu, ada juga pakaian adat lainnya seperti Seragam Baduy dan Seragam Sunda.
Festival Budaya Banten
Setiap tahun, Banten mengadakan berbagai festival budaya yang menarik minat wisatawan dari dalam dan luar negeri. Salah satu festival yang terkenal adalah Festival Seren Taun, yang merupakan perayaan panen raya di Banten. Selain itu, ada juga Festival Layang-Layang dan Festival Kuda Renggong yang menampilkan atraksi yang spektakuler.
Peninggalan Sejarah Banten
Banten juga memiliki banyak peninggalan sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Salah satu yang terkenal adalah Benteng Speelwijk, sebuah benteng peninggalan Belanda yang terletak di Anyer. Selain itu, ada juga Situs Gunung Padang yang merupakan situs megalitikum yang memiliki sejarah yang panjang.
Pendidikan Budaya Banten
Pemerintah Banten sangat peduli dalam melestarikan budaya daerah. Oleh karena itu, mereka telah mengembangkan program pendidikan budaya Banten di sekolah-sekolah. Program ini bertujuan untuk mengajarkan generasi muda tentang warisan budaya mereka dan menjaga keberlanjutan tradisi-tradisi unik Banten.
Kesimpulan
Budaya Banten adalah warisan yang berharga bagi Indonesia. Dengan kesenian tradisional yang menakjubkan, pakaian adat yang unik, kuliner lezat, festival budaya yang meriah, peninggalan sejarah yang menarik, dan program pendidikan budaya yang kuat, Banten telah berhasil mempertahankan identitas budayanya. Mari kita semua bersama-sama menjaga dan menghargai kekayaan budaya Banten untuk generasi yang akan datang.