Budaya Lampung (Bahasa Lampung Api: /Ulun Lappung, Bahasa Lampung Nyo: /Jamma Lappung, Abjad Jawi: سوكو لامفونغ/Suku Lampung) adalah suku bangsa pribumi yang berasal dari Provinsi Lampung yang berada pada bagian ujung selatan pulau Sumatra.
Pada awal mulanya, suku Lampung berdiam di tengkuk Gunung Pesagi. Wilayah suku Lampung selain di provinsi Lampung juga tersebar di wilayah lainnya seperti: di sebagian provinsi Sumatera Selatan tepatnya di sekitar Danau Ranau, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan yang juga berdekatan bahkan berbatasan dengan provinsi Lampung.
Suku Lampung juga tersebar di desa-desa di perbatasan antara Bengkulu dan Lampung, tersebar di desa Merpas, Nasal, Kaur di Bengkulu serta dapat juga ditemukan komunitas masyarakat Lampung di provinsi Banten tepatnya di desa Cikoneng kecamatan Anyar, kabupaten Serang. Tidak hanya itu, suku Lampung juga tersebar di wilayah perantauan terutama di perkotaan besar seperti wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Kota Palembang, Kota Cilegon, Kota Serang, kota Tangerang Selatan, Kota Bengkulu, Kota Bandung, dan juga di kota/wilayah lainnya.
Sejarah
Sebagaimana asal-usul masyarakat Suku Bangsa Indonesia yang lain. Suku Bangsa Lampung merupakan bagian dari bangsa Austronesia yang leluhurnya diperkirakan berasal dari kepulauan Formosa yang bermigrasi ke Kepulauan Filipina, Sumatra Bagian Pesisir Utara, Sulawesi, Kalimantan dan kemudian berakhir di Selatan Sumatera. Dalam studi bahasa yang pernah dilakukan, Etnis Lampung memiliki akar kesamaan bahasa dengan masyarakat tradisional Puyuma di kepulauan Formosa.
Beberapa catatan sejarah dari Tiongkok menuliskan, bahwa pada abad ke VII masyarakat telah membicarakan suatu wilayah di daerah Selatan (Namphang) dimana terdapat kerajaan yang disebut To-Lang Po-Hwang, To berarti orang dan Lang-Po-Hwang adalah Lampung. Hal ini menunjukan bukti bahwa telah datang ke negeri Tiongkok, utusan dari masyarakat lemah Lampung pada abad ke VII.
Dalam kronik Taiping Huanyu Ji yang ditulis oleh Yue-Shi dari abad ke X, lebih jelas lagi disebutkan nama-nama negeri di kawasan Nan-hai (Laut Selatan), antara lain dua buah negeri yang disebutkan berurutan: To-lang dan Po-hwang. Negeri To-lang hanya disebut satu kali. Tetapi negeri Po-hwang cukup banyak disebut, sebab negeri ini telah mengirim utusan ke negeri Tiongkok pada tahun 442, 449, 451, 459, 464 dan 466.
Prof. Gabriel Ferrand, pada tulisannya dalam majalah ilmiah Journal Asiatique, Paris, 1918, hal. 477, berpendapat bahwa kedua nama itu mungkin hanya satu nama: To-lang-po-hwang, lalu negeri itu dilokasikan Ferrand di daerah Tulangbawang, Lampung. Prof. Dr. Raden Mas Ngabehi Poerbatjaraka, dalam bukunya Riwajat Indonesia I,Jajasan Pembangunan, Djakarta, 1952, hal. 25, menyetujui kemungkinan adanya kerajaan Tulangbawang, meskipun anggapan itu semata-mata karena menyatukan dua toponimi dalam kronik Tiongkok.
Adat Istiadat
Masyarakat Adat Lampung terdiri atas dua sistem Pemerintahan Adat yakni Masyarakat Komunitas Adat Budaya Lampung Saibatin (Peminggir/Pesisir) dan Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Penyimbang (Pepadun/Pedalaman). Dengan penjelasan sebagai berikut:
Masyarakat Komunitas Adat dan Budaya Lampung Saibatin
Masyarakat Komunitas Adat Budaya Saibatin dari dahulu hingga saat ini dinamakan Masyarakat Adat Lampung Peminggir (Pesisir). Karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung.
Beberapa kepaksian serta kemargaan yang menggunakan sistem pemerintahan adat Saibatin antara lain:
Bandar Lima Way Lima, Bandar Enom Semaka, untuk di Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong, Kepaksian Nyerupa, Paksi Buay Belunguh, Paksi Buay Bejalan Diway, Marga dari pada empat Kepaksian tersebut adalah Marga Ulu Krui, Marga Way Sindi, Marga Tenumbang, Marga Pugung Tampak, Marga Pugung Malaya, Marga Pidada, Marga Pasakh Krui, Marga Ngakhas, Marga Ngambukh, Marga La’ai, Marga Bengkunat, Marga Belimbing, Marga Bandakh, Marga Pulau Pisang, Pembesar Adat Jamma Balak Suku Marga Kabupaten Tanggamus, Pembesar Adat Jamma Balak Suku Marga Kabupaten Pringsewu, Pesumbaian 17 Pesawaran, Saibatin Marga Way Handak Lampung Selatan, Marga Balak, Marga Lunik, Marga Bumi Waras, Melinting Tiyuh Pitu, Marga Lima Way Handak, Enom Belas Marga Krui, Telu Marga Ranau dan Cikoneng Pak Pekon.
Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Penyimbang (Pepadun)
Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Penyimbang atau yang sering kali juga dinamakan Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Pepadun berdiam didaerah pedalaman Lampung. Beberapa kemargaan yang menggunakan sistem pemerintahan budaya Penyimbang antara lain : Abung Siwo Mego, Mego Pak Tulangbawang, Pubian Telu Suku, Buway Lima Way Kanan dan Bunga Mayang Sungkay.
Tarian Tradisional Lampung: Menggambarkan Keindahan dan Keberagaman
Tarian tradisional Lampung adalah salah satu aspek budaya yang paling menonjol. Tarian-tarian ini menggambarkan keindahan alam Lampung dan keberagaman suku-suku yang ada di sana. Salah satu tarian yang terkenal adalah Tari Gending Sriwijaya, yang menggambarkan kekuatan dan keindahan kerajaan Sriwijaya yang pernah berdiri di wilayah ini. Tarian ini melibatkan gerakan yang anggun dan indah, serta kostum yang memukau.
Selain Tari Gending Sriwijaya, ada juga Tari Piring yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Tarian ini melibatkan gerakan yang dinamis dan lincah, di mana penari menari dengan membawa piring di tangan mereka. Tarian ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menggambarkan keahlian dan ketangkasan masyarakat Lampung dalam mengolah benda-benda sehari-hari menjadi bagian dari seni.
Kuliner Lampung: Kelezatan yang Menggugah Selera
Budaya Lampung juga terkenal dengan kelezatan kuliner tradisionalnya. Salah satu hidangan yang paling terkenal adalah Pindang, sebuah sup ikan yang dimasak dengan bumbu khas Lampung. Pindang memiliki rasa yang khas dan gurih, dan menjadi hidangan favorit bagi banyak orang.
Selain Pindang, ada juga Sate Rembiga yang terkenal di Lampung. Sate ini terbuat dari daging sapi yang dipanggang dengan bumbu rempah khas Lampung. Sate Rembiga memiliki cita rasa yang unik dan menggugah selera.
Pakaian Adat Lampung: Kecantikan yang Memesona
Pakaian adat Lampung juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari budaya Lampung.
Setiap jenis pakaian adat memiliki keunikan dan keindahan tersendiri. Pakaian adat Lampung terdiri dari beberapa jenis, seperti Pakaian Adat Pepadun, Pakaian Adat Pesisir, dan Pakaian Adat Abung.
Pakaian Adat Abung adalah pakaian adat yang digunakan oleh suku Lampung. baju ini terdiri dari kain sarung yang diikat di pinggang dan baju dengan hiasan bordir yang indah. Baju ini sering digunakan dalam acara-acara adat dan upacara keagamaan suku Abung.
Secara keseluruhan, budaya Lampung adalah kekayaan yang patut diapresiasi. Keindahan tari tradisional, kelezatan kuliner, dan kecantikan pakaian adat Lampung mencerminkan keunikan dan keberagaman masyarakatnya. Jika Anda mengunjungi Lampung, jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati keindahan dan keunikan budaya Lampung ini.